I.
PENDAHULUAN
ARUNG JERAM alias rafting adalah
kegiatan yang memadukan unsur olahraga, rekreasi, petualangan, dan edukasi.
Memang tak ada persyaratan khusus untuk mengikuti kegiatan ini, karena hampir
semua orang dapat mencobanya. Mulai dari anak-anak, remaja sampai dewasa,
bahkan orang tua yang berumur 60 tahun sekalipun.
Tidak memiliki kemampuan berenang pun
bukan menjadi hambatan untuk mengikuti kegiatan arung jeram. Yang anda perlukan
hanya kondisi fisik yang prima dan melakukan reservasi dua minggu sebelum
kegiatan. Guna menunjang kegiatan dan agar kegiatan arung jeram yang akan anda
ikuti lebih berkesan dan penuh makna, berikut ini Panduan Kegiatan Arung Jeram.
II.1.
SEJARAH ARUNG JERAM
Pengarungan sungai telah sejak dulu
dilakukan oleh manusia. Pengarungan ini dilakukan dengan menggunakan
batang-batang kayu yang dirangkai menjadi rakit dan digunakan sebagai alat
transportasi. Suku Indian di Canada telah memulai perkembangannnya. Lalu
orang-orang Carib Indian mengembangkannya dan menamakan Progue. Sedangkan orang
primitif menyebutnya dengan Out Canoe yang kemudian
dikembangkan menjadi Bark Out Canoe. Perahu ini dibuat dari
tempelan papan kayu oleh orang Indian Amerika Utara. Sedangkan orang Eskimo
menciptakan Skin Corveal Craft, yaitu perahu yang dilapisi kulit
binatang yang tidak tembus air.
Pada abad 19 seorang boyscout bernama
Mc greegor membuat kendaraan air ini untuk rekreasi dan olag raga air. Seiring
dengan perkembangan zaman, maka meterial perahu pun berkembang dan mulai
beralih ke plastik, alumunium,fibberglass, dan karet.
Setelah Perang Dunia II selesai,
perahu bekas Angkatan Laut Amerika mulai digunakan oleh para petualang untuk
mengarungi sungai. Arung jeram ini dilakukan dengan perahu bulat yang disebut
dengan Basket Boat, karena bentuknya mirip keranjang.
Di tahun 1950, kegiatan ini mulai
banyak digemari. Maka mulailah diproduksi perahu khusus untuk arung jeram
dengan bentuk khusus yang naik dibagian depan dan belakangnya, dengan material
yang kuat dan dapat mengangkut orang dan perbekalan yang lebih
banyak.
Pada tahun 1983 mulai muncul sebuah
perhau yang dapat mengeluarkan air sendiri dari dalam perahu dengan nama Self
Baileryang diproduksi oleh Jim Cassady. Selain jenis ini ,dikembangkan pula
perhu jenis Kataraf. Perahu ini dikembangkan oleh para Geologi Rusia. Desain
perahu ini diadopsi dari perahu Katamaran yang digunakan di Laut. Seiring
dengan perkembangan zaman dan kreatifitas manusia di alam ini, mulailah
bermunculan sarana-srana baru untuk kegiatan berarung jeram seperti, kayak,canoe,
board, dan lain sebagainya.
II.2. Sejarah Arung Jeram DI Indonesia
Negara kita yang sebagian besar
terdiri dari air, maka tidaklah mengherankan jika sejak dulu kala bangsa kita
telah mengenal pengarungan sungai. Misalnya suku Dayak yang mengarungi sungai
Mahakam atau Kapuas dengan perahu Bidak yang terbuat dari batang pohon
yang dilubangi. Juga suku-suku pedalaman di Irian/Papua yang hidup di sungai
Membramo.
Mulai trendnya kegiatan arus deras
dengan perahu karet adalah pada saat diselenggrakannya Lomba Arung sungai
Citarum I yang diadakan oleh kelompok pendaki gunung dan penempuh rimba
Wanadri, Bandung.
Momen tersebut boleh dikatakan
sebagai titik tolak perkembangan Olah Raga Arus Deras/ Arung Jeram di
Indonesia. Para aktivis kegiatan ini sebagian besar kelompok-kelompok Pencinta
Alam seperti GPA, Wanadri dan Mapala UI yang kemudian mengadakan serangkaian
kegiatan ekspedisi.
Tanpa disadari, walaupun tidak
terlalu pesat Olah Raga Arus Deras mulai berkembang, pada tahun 1987 GPA pun
melaksanakan ekspedisi sungai Alas di Aceh sebagai bentuk eksisitensi di dunia
Arus Deras atau pun penyusuran sungai.
Pada tanggal 29 Maret 1996 berdiri
Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) yang dibidani oleh 30 klub arung jeram.
III.
ETIKA – MORAL DAN KEWAJIBAN
Dalam
berarung jeram
1.
Jangan membuang sampah didalam sungai
2.
Checking peralatan dan perlengkapan
sebelum pengarungan
3.
Harus berpegang teguh pada safety procedure
4.
Gunakan selalu pelampung (life jacket)
selama pengarungan
5.
Gunakan peralatan dan perlengkapan arung
jeram dengan benar
6.
Rawatlah peralatan dan perlengkapan
arung jeram dengan baik, hati - hati dan teratur
7.
Jangan melakukan tindakan yang berbahaya
dan diluar batas kemampuan, baik bagi pribadi, team maupun peralatan
8.
Selalu gunakan tehnik – tehnik arung
jelam yang baik dan benar
9.
Hormati adat istiadat dan masyarakat
sekitar sungai
10.
Harus selalu menjaga kekompakan dan
kebersamaan team
Dalam
merawat perahu
1.
Jangan menduduki perahu disaat perahu
berada di darat
2.
Jangan meroko di dekat perahu, apalagi
di atas perahu
3.
Jauhkan perahu dan peralatan lainnya dari api, bara api dan benda tajam
lainnya
4.
Cucilah perahu setelah digunakan. Jangan
mencuci perahu dengan barang yang dilarang
5.
Simpan perahu dalam keadaan kering dan
terpompa, serta berikan alas
6.
Simpan perahu dan peralatan lainnya di
tempat yang kering, tidak lembab dan jangan terkena sinar matahari secara
langsung
7.
Jauhkan perahu dan peralatan lainnya
dari bahaya binatang – binatang pengerat dan perusak lainnya
8.
Sebelum dan sesudah digunakan siram lah
selalu terlebi dahulu perahu, dan jangan sampai kering atau kepanasan
9.
Jangan menyeret perahu dan peralatan
lainnya di daratan. Angkat lah perahu untuk pemindahannya
10.
Dalam penyimpanannya perahu dalam
keadaan berdiri atau dimiringkan
11.
Jangan menjemur terlalu lama di bawah
terik matahari langsung
12.
Selalu mengecek peralatan dan perahu
secara berkala dan rutin
13.
Jangan menambah acesoris perahu yang
tidak berguna dan dapat membahayakan perahu maupun awaknya
Dalam
merawat pelampung
1.
Jangan paksa pelmpung anda. Jika tidak
sesuai pilih lainnya. Pemaksaan menyebabkan ketidak nyamanan dan mungkin saja
tidak akan dapat menyelamatkan nyawa anda.
2.
Pelampung bukanlah bantalan kaki atau
pengganjal perahu. Pelampung akan kehilangan daya apung jika rusak atau cacat
karena sering terbebani.
3.
Keringkan pelampung anda setelah
dipergunakan. Gantung ditempat yang teduh, jangan dikeringkan melalui sumber
sumber panas langsung, termasuk di terik matahar langsung.
4.
Jangan tinggal kan pelampung anda diatas
perahu untuk waktunyang lama jika anda gunakan.
IV. PENGENALAN PERALATAN
A. Peralatan Pribadi
1.
PELAMPUNG
Pelampung juga banyak macamnya, tetapi semua pelampung
mempunyai masih fungsi yang sama. Pelampung yang dipakai untuk berarung
jeram adalah pelampung dengan bahan baku didalamnya dari busa yang kedap oleh
air, busa bagian depan lebih tebal dari busa bagian belakang, karna apabila
seseorang hanyut di sungai dalam keadan tidak sadar atau lemas, maka otomatis
orang yang akan terapung ber posisi muka di permukaan air , fungsi pelampung
berfungsi membantu peserta arung jeram dalam ke amanannya. Fungsi skundernya
adalah sebagai pelindung/body protector terhadap benturan, baik berupa
rintangan sungai maupun (dayung) sesama peserta lainnya.
Selain itu pelampung juga dilengkapi
pelindung kepala bagian belakang atau tengkuk, berbeda dengan pelampung yang
dipakai oleh skipper tidak ada pelindung kepala bagian belakang dikarenakan
plampung ini di buat unyuk memper mudah pergerakan, karna sekipper lebih banyak
bergerak
Macam macam pelampung:
a.
Pelampung skipper /kayak
b. Pelampung awak
2.
HELM (helemet)
Helm juga ada beberapa macam, yaitu helm
skiper dan helm awak. Biasanya helm terbuat dari bahan plastik, karna lebiah
aman karna tidak mudah pecah saat benturan, pecahannya tidak hancur dan
seandainya pecah itu hanya retak- retak saja.
Fungsi helm adalah untuk melinduni bagian kepala peserta
arung jeram apabila bagian kepala terbentur batu atau benda keras. Dalam
pemakaiyan helm jangan terlalu kencang
, karna pengarungan memakan waktu yang
cukup lama yang bisa mengakibatkan kepala sakit karna terjepit helm yang terlalu kencang. Atau jangan terlalu
longgar karna bisa menggangu gerakan
atau pandangan dalam pengarungan.
Macam macam helm (helemet)
a.
Helm skiper b. Helm awak
3.
SEPATU
Jenis sepatu yang baik untuk dipakai
berarung jeram adalah jenis sepatu yang dapat melindungi telapak kaki dari
kemungkinan tertusuk duri/ benda tajam lainnya,
tetapi tidak mengganggu bila digunakan untuk berenang jeram. Selalin itu bisa juga menggunakan sandal
outdor atau sendal gunung seperti merk
eiger, rei, alpina, boogie dan lain sebagainya.
a.
Sepatu refting b. Sandal outdoor
4.
PAKAIAN
Jenis pakaian yang tepat untuk dipakai
berarung jeram adalah jenis pakaian yang memungkinkan kita dapat leluasa
bergerk. Pakaian disini meliputi baju dan celana. Jangan sekali sekali celana
jeans , karna disamping tidak mudah kering dan juga tidak memungkinkan kita
tidak bergerak dengan leluasa. Di usakan menggunakan baju yang bisa berenang
dikolam renang.
a.
Pakaian b. Celana
pakaian lengkap
5.
SURVIVAL KIT
perlengkan survival kit harus selalu
melekat pada badan, tetapi usakan tidak mengganggu gerakan kita. Survival kit
biasanya biasanya digunakan untuk perjalanan panjang terutama pada
sungai-sungai yang blum pernah diarungi oleh para peserta pengarungan dalam
rangka kegiatan ekspedisi.
Survival kit biasanya terdiri dari:
-
Korek api
-
Pisau lipat/pisau saku
-
Obatan pribadi dan lain sebagainya
6.
PELUIT
Dalam pengarungan peluit banyak
fungsinya, misalnya sebagai alat komunikasi ke perahu lain dan sebagainya.
Macam macam peluit
7.
FLIP LINE /BODY FLIP
Flip line atau body flip adalah tali
yang panjangnya kira kira satu meter sampai dua meter dan biasanya di ujungnya
disimpul dengan sebuah carabiner, kegunaan dari flip line itu sendiri adalah
sebagai beriut:
-
Alat bantu melepaskan perahu
ygbtersangkut di batu.
-
Alat bantu untuk membalikan prahu bila
prahu terbalik.
-
Alat bantu untuk melepaskan prahu yg
dalam keadaan wrap ringan.
Gambar flip line :
8.
DAYUNG (peddle)
Ada beberapa jenis macam dayung yang
bisa digunakan untuk arung jeram, yaitu antara lain: dayung dari kayu, dari
alumunium dan plastik, dari fiber glass dan lain sebagainya . sifat
sifat dari dayung tersebut adalah:
Dayung kayu, lebih berat dan kekuatannya
kutang dibandingkan dengan dayung yang dibuat dari bahan lain.
Dayung fiber glass , dayung ini cukup
ringan tetapi mudah pecah dan pecahanya sangat tajam, bisa melukai si pemakai
atau orang yang ada di sekitarnya.
Dayung alumunium dan plastik, dayung ini
cukup ringan , bisa terapung di air dan lebih kuat dari dayung lainya yang
tersebut diatas. Sampai saat ini para operator arung jeram di seluruh duina
kebanyakan menggunakan dayung ini.
Gambar macam macam dayung:
a. Dayung kayu
b. Dayung alumunium dan plastik
c.
Dayung fiber glass
Untuk pengarungan dangan perahu karet ,
berdasarkan pemakaian dikenal dua macam
a.
Dayung paddle
Dayung ini digunakan untuk pengarungan
dengan perahu berawak banyak, jadi
masing -masing awak perahu menggunakan satu dayung. Ukuran panjang dayung di
sesuaikan dengan ukuran tubuh dan kekuatan awak perahu serta ukuran perahu.
Panjang dayung umumnya bersikar antara 150 cm sampai 170 cm.
b.
Dayung Oar
Ukuran dayung Oar lebih panjang dari
dayung paddle, hal ini di karenakan dayung oar memerlukan rangka (frame) sebagai pegangannya. Rangka ini
dipasang melintang diatas tabung prahu. Sepasang dayung oar (kanan dan kiri) digerakan oleh satu orang .
Fungsi dayung adalah untuk menggerakan dan mengarahkan atau
mengemudikan perahu. Cara menggunakan dayung
dengan cara celupkan
daun dayung ke dalam air dan kayuh depan belakang sesuai dengan
keinginan pemakai.
Nama nama bagian paddle :
T-grip (pegangan T)
Shalf/stick (batang)
Blade
B.
Peralatan kelompok
1.
PERAHU KARET (boat)
Perahu
yang digunakan untuk arung jeram ada berbagai jenis dan berbagai bentuk
yaitu LCR (landing craft rubber) dan OVAL , serta kekuatan yang berbeda. Di
indonesia digunakan prahu Boogie,
Umumnya prahu terbuat dari bahan hypalon,
polyster nylon dan PVC (polyvynil
chloride) prahu dibagi atas dua golongan yang berbeda karakternya yaitu:
- Non self bearing
Perahu ini tidak dilengkapi dengan
lubang lubang pembuangan air, sehingga air yang masuk kedalam perahu akan
menggenangi perahu. Karna itu, perahu jenis ini harus ke dalam perahu jenis ini harus dilengkapi dengan ember untuk
membuang air. Perahu jenis ini disebut bucket boat.
- Self bailing
Perahu jenis ini adalah perahu yang
terbaru dan terlaris sekarang ini. Hampir semua operator arung jeram menggunakan
perahu jenis ini, karna sangat mudah digunakan. Perahu ini dilengkapi dengan
lantai yang dipompa dan lubang pembuangan air.
Jenis jenis perahu karet:
a.
Perahu LCR b.
Prahu oval
Bagian bagian perahu:
-
Tabung (Dinding)
-
Toad (Bantalan)
-
Floor (Lantai)
-
Lubang salf beling
-
Klep tempat pompa
-
Dinding pembagi
-
D-ring
2.
THROWING BAG (tali lempar)
Tali terutama digunakan untuk
menambatkan perahu pada saat berenti dan tali lempar digunakan untuk menolong
awak perahu yang terlempar dari perahu. Tali yang dilemparkan untuk pertolongan
pertama bagi awak yang terjatuh dari perahu.
Gambar thowing bag:
3.
DRY BAG (tas kedap air)
Tas kedap air biasanya dikaitkan di
bantalan perahu, tas ini juga digunakan untuk untuk menyimpan barang-barang
yang tidak boleh basah, seperti repair kit , P3K, kamera dan makanan ringan dan
lain sebagainya.
Gambar dry bag:
4.
REPAIR KIT
Alat ini berkaitan dengan reparasi
perahu dan pompa dan untuk menjaga bila terjadi gangguan (bocor/robek) pada
perahu. Peralatan ini sangat penting di bawa dalam suatu pengarungan, terutama
pada saat ekspedisi, agar tidak mengganggu dalam perjalanan pengarungan. Jika
membawa peralatan reparasi perahu maka masalah tersebut diatasi dengan menambal
/ perahu atau peralatan yang lain yang mengalami kerusakan.
5.
POMPA (pump)
Pompa yang digunakan untuk mengisi
tabung udara harus selalu dibawa pada setiap pengarungan untuk menjaga apabila
udara dalam tabung berkurang/kempes. Ada dua jenis pompa yaitu pompa injak dan
pompa tangan.
Macam macam pompa:
a.
pompa tangan b. Pompa injak
6.
PERLENGKAPAN P3K (frist aid kit)
Frist aid kit adalah obat obatan untuk
pertolongan pertama pada saat kecelakaan. Frist aid kit sangat penting dalam
pengarungan, dan wajib membawa obat obatan pribadiyang mempunyai penyakit
tertentu.
7.
PERLENGKAPAN TAMBAHAN
Perlengkapan tambahan digunakan apabila
pengarungan di lakukan dalam beberapa hari (ekspedisi). Alat-alat yang
digunakan antara lain adalah :
- alat navigasi - pakaian ganti - tenda
- alat pemetaan - sun
block - topi
- alat komunikasi - kacamata - alat mandi
V.
Morfologi Sungai
A. PEMBAGIAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI
1. Daerah aliran sungai hulu.
Ciri-cirinya dangkal dan sempit. Seringkali mengalir di daerah lembah curam dan
dalam dan tak jarang pula dijumpai air terjun. Tidak ideal untuk diarungi.
2. Daerah aliran sungai peralihan.
Ciri-cirinya cukup dalam dan lebar. Banyak dijumpai riak diselingi lubuk sungai.
Sangat ideal untuk ORAD.
3. Daerah aliran sungai hilir.
Ciri-cirinya lebar dan dalam aliran airnya tenang dan berkelok-kelok menyerupai
huruf V. Bukan daerah ideal untuk ORAD.
B. SUNGAI
Bahasan akan berkisar pada aliran sungai
serta gejalanya dan berbagai ketrampilan yang dibutuhkan untuk pengarung jeram.
Memerlukan latihan yang sering dan berulang-ulang untuk jadi mahir membaca dan
mengerti seluk beluk mengenai karakter sungai. Bagaimanapun bagi pengarung
jeram suatu pengertian mengenai sifat dan dinamika sungai penting untuk
diketahui. Suatu saat, ketika kita melintasi suatu sungai, pertanyaan yang ada
di benak kita adalah : sungai itu lebar/sempit, berarus deras/lambat, debit
airnya besar/kecil, landai/curam, dsb. Jawaban kesemuanya adalah merupakan
faktor penyebab terjadinya jeram.
B.1. DEFINISI JERAM / RIAM
Jeram adalah bagian sungai dimana air
mengalir dengan deras dan cepat dan bertaburan diantara banyak batu dari
berbagai ukuran dan seakaligus membentuk turbulensi dan arus balik. Hal yang
paling sulit ketika mengarungi sungai adalah pada saat menjumpai jeram / riam.
Tapi disitulah kegembiraan biasanya muncul.
B.2. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA JERAM
Secara umum ada 4 faktor penyebabnya :
B.2.1. VOLUME AIR
Menunjukkan ukuran jumlah air yang
melewati satu titik tertentu di sungai dalam satuan waktu tertentu. Ukurannya
cfs (cubiq feets per second). Data mengenai volume air penting untuk diketahui,
bilamana volume air tinggi atau rendah, sehingga bisa memastikan apakah sungai
bisa diarungi atau tidak.
Kondisi terbaik mengarungi sungai ketika
volume mencapai 800 - 10.000 cfs. Biasanya ukuran volume air dapat dianggap
sebagai tinggi air dan kekuatan aliran sungai.
Di negara kita, situasi ini dapat
terjadi pada bulan April s.d November. Diluar bulan tersebut, sifat sungai akan
cepat berubah secara drastis. Sungai dengan vol. 800 - 10.000cfs cenderung
mudah dilalui, karena kendali melalui jeram dan rintangan relatif lebih mudah
dikuasai. Sebaliknya sungai besar dengan vol diatas 40.000 cfs umumnya sulit
dilalui dan dihindari.Sekali terjebak dalam lengkungan ombak dan menabrak
rintangan batu, cenderung berakibat menghancurkan.
Untuk mengetahui jumlah volume / debit
air suatu sungai pada suatu tempat dapat diukur;
Mengetahui luas penampang sungai
Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur
lebar sungai pada satu titik, kemudian mengukur kedalaman sungai setiap 5 meter
dari satu titik ke titik lainnya pada satu garis lebar sungai.
Mengetahui kecepatan arus sungai.
Arus air diukur dengan menghitung waktu
tempuh yang diperlukan oleh suatu obyek untuk menempuh suatu jarak tertentu.
Volume / debit air sungai dapat
diketahui dengan mengalikan luas penampang sungai dengan kecepatan arusnya.
Untuk melakukan pengukuran volume/debit air ini kita harus mencari tempat yang
memungkinkan kita untuk dapat menyeberanginya dengan mudah untuk mengukur
kedalaman dan lebar sungai, serta arus sungai yang relatif sama pada tempat
kita mengukur volume/ debit air sungai supaya tercapai akurasi yang tinggi.
B.2.2. TINGKAT KECURAMAN ALIRAN SUNGAI
(GRADIENT)
Tingkat kecuraman / kemiringan aliran
sungai menunjukkan nilai rata-rata penurunan dalam suatu jarak tertentu. Setiap
sungai pada jarak tertentu mempunyai tingkat kecuraman yang berbeda. Kadang
tajam dan sebaliknya mendatar. Kecuraman bisa dianggap sebagai petunjuk kasar
tingkat kesulitan dan kecepatan alur aliran sungai.
Sungai dengan tingkat kecuraman lebih
kecil dari 10 kaki per mil biasanya alirannya lambat dan mudah untuk dilalui,
sebaliknya bila mencapai 20 kaki atau lebih per mil baisanya arusnya cepat,
berbahaya serta sulit dilalui.
Untuk mengetahui tingkat kecuraman /
kemiringan (gradient) suatu sungai dapat dilihat pada topografi sungai
tersebut.
B.2.3. TONJOLAN DASAR SUNGAI (ROUGHNESS)
Letak batuan atau tonjolan di dasar
sungai yang tidak beraturan mengakibatkan turbulensi aliran arus sungai.
Semakin tak beraturan letak batu di dasar sungai, semakin besar turbulensinya
(putaran air ke hilir).
C.1. MANUVER
Ferry merupakan teknik dasar manuver.
Digunakan ketika melewati belokan sungai dan menghindari hambatan / rintangan
jeram.
Ada 2 macam ferry, haluan mengarah ke
hulu (Bow Upstream ferry) dan haluan mengarah ke hilir (Bow Downstream ferry).
Bow Upstream ferry dilakukan dengan
dayung maju dan mengarah posisi perahu ke hulu dengan sudut 45 derajat,
terhadap aliran arus dan perahu akan menuju arah yang diinginkan. Sebaliknya
Bow Downstream ferry dilakukan dengan dayung balik dan mengarahkan buritan ke
hulu dengan sudut 45 derajat menuju arah tempat yang diinginkan.
Jika kecepatan perahu ke hilir ingin
diperlambat, maka lakukan Bow Upstream ferry dengan sudut kurang dari 45
derajat dan sebaliknya perbesar sudut hingga tepat atau mendekati aliran alur
sungai. Umumnya sudut ferry sebesar 45 derajat adalah sudut optimum. Sudut
ferry adalah sudut antara perahu dengan arah aliran sungai bukan dengan tepi
sungai. Pada aliran pelan sangat mungkin melakukan ferry lurus memotong aliran
arus air, tetapi dengan arus cepat, kebanyakan usaha memotong aliran arus
dilakukan dengan ferry bersudut ox sampai 45 derajat.
C.2. PENGINTAIAN (SCOUTING)
Pengintaian untuk mengamati jeram yang
belum dikenal, selelu dipandang sebagai tindakan yang bijaksana, khususnya bagi
pemula. Pengintaian sejumlah jeram meliputi pencarian tempat mendarat yang
aman, bebas dari air yang menyulitkan. Semua dilakukan dengan berjalan sepanjang
tepi sungai untuk mengetahui dan menemukan bagaimana kesulitan dan bahaya yang
mungkin akan dihadapi dalam berarung jeram. Sekali diputuskan untuk melewati
jeram tertentu, maka usahakan seoptimal mungkin lewat jalur terbaik dan aman.
Pentingnya melakukan pengintaian
terhadap situasi sungai berjeram karena berhubungan dengan beberapa faktor
penentu untuk memutuskan untuk melewati jeram tertentu atau tidak. Adapun
factor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Panjang, kesulitan dan bahaya jeram
yang bersangkutan.
2. Bagaimana sifat-sifat air yang berada
di bawah jeram.
3. Kesanggupan dan kemampuan awak perahu
untuk menyelamatkan diri pada jeram yang sulit.
4. Persiapan mental seluruh awak.
4. Persiapan mental seluruh awak.
CATATAN: Biasanya awak perahu terdiri
dari orang-orang berpengalaman, tetapi kadang-kadang lebih banyak yang
bersumber pengalaman dan karena itu pemula seharusnya tidak ikut berarungjeram
bila peralatan pengaman tidak cukup memadai, dan dalam kondisi seperti ini,
mutlak pengarungan harus ditunda atau dibatalkan. Tahap selanjutnya setelah
melalui pengintaian adalah berembuk merencanakan jalur pengarungan.
C.3. PERENCANAAN JALUR (PLANNING A
COURSE)
Sebelum melewati jeram, rencanakan
dahulu jalur mana yang mungkin dipilih, karena bila diamati dengan seksama ada
banyak alur jeram yang secara langsung merupakan rintangan yang harus
dihindari. Pilih jalur termudah. Dengan melewati suatu jalur jeram yang tepat,
berarti jeram yang dilewati tersebut tidak perlu dengan melakukan manuver yang
berlebihan. Cukup mengikuti kecepatan aliran arus air yang ada pada jeram
tersebut.
Pada aliran yang bertenaga kuat,
minimumkan usaha manuver, karena manuver cenderung memepercepat keadaan perahu
terbalik. Sebab akhir dari aliran arus yang kuat membentuk ombak dan gelombang
yang tinggi.
Dalam memutuskan suatu jalur tetentu,
resiko melakukan kesalahan harus diperhitungkan. Kerap kali setelah kita
menentukan suatu jalur, berulang kali harus diamati dari mulut hingga kaki
lidah air.Setelah berhasil melalui alur diantara batu-batu, maka jalur-jalur
tersebut dipelajari dan diingat kembali untuk digunakan sebagai pegangan /
patokan dalam pengarungan selanjutnya.
C.4. MENGHADAPI KEADAAN DARURAT
Suatu keadaan darurat dalam olah raga
arung jeram disebabkan beberapa hal sebagai berikut:
C.4.1. MENABRAK BATU
Menabrak batu yang muncul di permukaan
air, umumnya jarang berakibat fatal bila diatasi dengan cepat dan tidak panik.
Jika tabrakan dengan batu tak mungkin dihindari, maka arahkan haluan ke batu
tersebut. Akibat dari tindakan ini, perahu akan terhenti sesaat dan arus di
sekitar batu akan memutar perahu dan bagi awak perahu yang kurang waspada
biasanya akan terpental dari perahu. Lakukan langkah-langkah pengamanan dengan
posisi siap mendayung untuk keluar dari situasi berbahaya lebih lanjut, di sebelah
hulu.
C.4.2. MENEMPEL DI BATU
Bilamana perahu menabrak batu pada sisi
kiri / kanan maka seluruh awak dari sisi lainnya harus segera berpindah ke sisi
dimana perahu itu menempel di batu. Dorongan arus yang kuat dari hulu akan
mengengkat naik perahu dan menempel di batu.
C.4.3. TERBALIK
Bila perahu akan terbalik waspada dan
hati-hatilah terhadap bahaya berikutnya, baik terhadap benda-benda keras di
dalam perahu atau batu itu sendiri. Jika perahu akibat dari tabrakan itu
terbalik, maka segera melompat kearah yang bebas dan aman. Bagi awak perahu
yang tidak dapat segera lepas dari perahu yang terjebak, tertutup dalam bagian
perahu yang terbalik. Segera keluarlah pada situasi seperti ini, sehingga akan
terhindar dari benturan batu bagian bawah yang tidak terlihat.
CATATAN : Bila menabrak batu dengan
haluan di muka, reaksi dan respon orang-orang di buritan harus segera berpindah
ke tengah, dengan demikian perahu akan terhindar dari terbalik atau terangkat
menempel di batu.
Perahu yang terbalik dan tidak dapat
segera dikembalikan ke posisi semula dengan ringan / mudah, maka tali dan
tenaga aliran sungai dari hulu dapat membantunya, dan ini dilakukan setelah
perahu bebas dari aliran arus yang kuat dan berjeram.
Awak perahu naik ke sisi perahu yang
mengarah ke hulu. Setelah perahu dimiringkan dengan bantuan tali, arus sungai
dari bagian hulu akan membantu mendorong bagian bawah yang memutar perahu untuk
dan mudah dibalikkan kembali.
Pengetahuan tentang karakteristik sungai
yang terdiri dari bentukan sungai, lebar penampang sungai, arus dan bebagai
element yang ada di sungai tersebut seperti batu-batuan ataupun hambatan
lainnya. Hal ini bertujuan untuk mendukung teknik pembacaan jeram ataupun arus
sehingga kita bisa mempersiapkan antisipasi dengan teknik-teknik khusus.
Beberapa istilah morfologi sungai yang sering kita temui antara lain :
1. Arus Utama (Mainstream)
Arus yang paling besar diantara
arus-arus yang lain jika terdapat banyak arus. Pada aliran sungai yang lurus
arus utama biasanya ada di tengah sungai. Pada belokan ke kanan arus utama ada
pada bagian kiri luar belokan dan menabrak dinding sungai jika terdapat tebing
dan biasanya terdapat “undercut” pada dinding sungai yang ditabrak oleh arus
utama tersebut. Dan sebaliknya pada belokan ke kiri arus utama ada pada bagian
kanan luar belokan
2. Gelombang Berdiri (Standing Wave)
Terbentuk karena adanya perbedaan
percepatan arus, ketika melewati dasar sungai berbeda kemiringannya. Bentuk dan
besar beraneka ragam ada adapula tinggi dan besar. Terbentuk karena adanya
ornamen sungai, seperti batu. Panjangnya pun bermacam-macam.
3. Arus Balik (Back Curling)
Suatu arus yang berputar keatas
(vertical) dengan sendirinya karena adanya perubahan bidang jatuh yang cukup
drastis setelah arus melewati rintangan/batu (hole) atau patahan sungai/dam
(hydraulic) atau kemiringan dasar sungai yang cukup terjal (back curling). Arus
balik jika ukurannya besar dapat membalikkan perahu jika perahu masuk miring
atau menjatuhkan awak perahu yang kuda-kudanya tidak kuat (refleknya tidak
bagus). Secara umum di bagi menjadi tiga yaitu:
a). Hole : adanya batu berada di bawah permukaan
air dan menghalangi arus air bawah, menyebabkan arus menjadi menurun dan pada permukaan
berikutnya arus berputar ke belakang dari bawah ke atas.
b). Hydraulic : Arus air turun secara
vertikal menyebabkan arus berputar dari bawah, dan daya putarnya lebih kuat
dari pertama. Jika arus turun secara vertikal dengan letak cukup tinggi maka
bentukan akan terjadi disebut dengan air terjun (Water fall).
c). Back Curling : dasar sungai cukup
terjal menyebabkan arus sungai menjadi sangat kuat, tetapi dasar berikutnya
tiba-tiba landai akan menyebabkan arus menjadi tertahan, dan terbalik membentuk
putaran di atasnya, sekilas mirip dengan standing wave, tetapi mempunyai daya
balik lebih kuat.
4. Pusaran Air (Eddies)
Eddies adalah dimana air berhenti atau
mengalir ke hulu (up stream) secara horizontal yang terjadi karena adanya arus
yang menabrak rintangan (batu/benda-benda lain) dan arus tersebut tidak dapat
melewati rintangan itu sehingga terjadi kekosongan atau kekurangan air serta
perbedaan tekanan air yang mengakibatkan air dari arah lain akan mengalir ke
atas (up stream) untuk menyamakan permukaan dengan daerah lain. Eddies
berfungsi untuk tempat berhenti (stop), mengurangi kecepatan (rem) dan menolong
untuk membelokkan perahu (manuver).
Macam-macam Eddy :
a). Midstream Eddies : terletak di
tengah sungai, seperti ada rintangan atau batu di tengah sungai, maka terbentuk
Eddy di tengah sungai di balik rintangan itu.
b). Shortline Eddies : terletak di
pinggir sungai, seperti adanya tikungan, tonjolan atau cekungan di pinggir
sungai.
c). Powerful Eddies : Eddy timbul akibat
halangan besar dan arus kuat.
d). Mild Eddies : Eddies timbul akibat
arus lemah walaupun halangannya besar. Jadi semakin besar kuat arus mengalir
maka semakin kuat dan besar Eddy ditimbulkan
Gambar eddies:
5. Hole
Hole adalah permukaan air yang berbentuk
lobang dan ada sirkulasi air dibelakang lobang tersebut. Hole terbentuk karena
arus yang melintasi suatu rintangan dan mengakibatkan terjadinya terjunan air.
Terjunan air akan membentuk sirkulasi air dan permukaan air terlihat seperti
lobang. Hole yang terlalu besar akan sangat berbahaya karena bisa membalikkan
perahu atau perahu akan tertahan di hole tersebut. Hole yang sangat besar dan
sirkulasi air dari segala arah disebut toilet bowl, karena bentuk dan sifat fisikanya
seperti air kloset sewaktu di-flushing. Hole ini sangat berbahaya, karena
perahu atau awaknya yang terjatuh dan terperangkap didalamnya sangat sulit
dikeluarkan. Apabila tidak terlalu besar, hole berfungsi untuk mengurangi
kecepatan (rem), membantu manuver serta sangat bagus untuk dilintasi dan bisa
juga untuk permainan seperti surf boat.
Gambar hole
6. Pillow
Jika permukaan bebatuan dekat dengan
permukaan air, maka sebagian dari arus sungai yang bergerak ke arah hilir akan
menaiki bebatuan ini dan melewati bagian atasnya serta membentuk “benjolan air”
yang disebut pillow. Pillow juga dapat menahan gerak perahu baik di flat maupun
di jeram.
7. Arus Belokan (bends)
Pada belokan sungai arus yang cepat dan
aliran yang dalam (arus utama) terdapat pada lingkaran luar belokan sungai, hal
ini diakibatkan oleh adanya kekuatan sentrifugal, sehingga aliran permukaan
yang lebih cepat mengarah dan menumpuk sepanjang tepi belokan bagian luar. Dan
aliran arusnya lebih sempit dari bagian dalam dan alternatif untuk melaluinya
sebaiknya pada bagian dalam. Perahu yang terlanjur masuk aliran bagian tepi
luar belokan kemungkinan akan menabrak dan terhempas.
Gambar bends kanan
8. Lidah Air (Tongue of Rapid)
Jika dua alur yang terhambat batu dan
membentuk huruf “V” yang mengarah ke hilir akan terbentuk lidah air. Bila
terdapat lebih satu lidah air maka yang terbesar merupakan arus utama yang
sebaiknya dipilih. Biasanya lidah air diikuti oleh gelombang berdiri.
Gambar lidah air
9. Batuan (boulders, stoppers)
Letak batuan atau tonjolan batu yang ada
di sungai yang tidak beraturan akan mengakibatkan turbulansi aliran sungai.
Disamping itu letak batuan yang tidak beraturan akan menyulitkan dalam
melakukan pengarungan terutama dalam manuver. Banyaknya batuan yang ada di
sungai akan mengakibatkan laju perahu terhambat, perubahan arah perahu yang
tidak dikehendaki, bahkan dapat berakibat perahu tersangkut ( Wrap / Entrapment ).
10. Penyempitan Penampang Sungai (Bottle
Neck)
Adanya penyempitan lebar penampang
sungai menyebabkan arus menjadi lebih cepat. Hal ini juga menyebabkan laju
perahu lebih cepat dari yang dikehendaki. Sehingga jika setelah ada penyempitan
ada suatu hambatan akan menyulitkan pengarungan.
11. Pendangkalan sungai (shallows)
Jika penampang sungai melebar akibatnya
akan membuat permukaan air menjadi turun. Jika terjadi pendangkalan yang dapat
menyulitkan dalam pengarungan, maka yang perlu diingat adalah permukaan air
dengan ombak yang besar menunjukkan aliran sungai yang dalam.
12. Hambatan (Strainer)
Hambatan yang dimaksud adalah suatu
rintangan yang terjadi karena adanya pohon tumbang yang menghalangi/melintang
di atas aliran sungai. Keadaan ini perlu dihindari dalam pengarungan, karena
menyebabkan perahu akan tersangkut pada hambatan tersebut.
13.
Batu / Rocks / Stopper : ornamen sungai berupa
batuan menyembul / terlihat dari permukaan air dan mempengaruhi arus dan tak
jarang formasi batuanlah membentuk karakter jeram.
14.
flat: adalah arus tenang
15. Undercut (Lobang Maut)
Merupakan suatu bentukan yang terjadi
karena terkikisnya dinding sungai hingga membentuk rongga. Arus yang mampu
membentuk rongga ini biasanya sangat kuat sehingga jika perahu melewati arus
ini akan menyebabkan awak perahu terbentur dinding sungai atau perahu akan
terbalik dan terjebak dalam rongga. Undercut sebisa mungkin untuk dihindari, karena undercutadalah “ Momok “ yang paling menakutkan
dalam kegiatan arung jeram. Mau
simulasi renang di undercut..??…”Mboten….Maturnuwun (tidak…terimakasih)”
Pengetahuan tentang morfologi sungai ini
sangat berkaitan erat dengan factor keamanan dan keselamatan serta kenyamanan
dalam pengarungan, karena dengan memahami karakteristik sungai dengan baik maka
para pelaku kegiatan arung jeram akan mengetahui titik-titik bahaya dari
bentukan-bentukan sungai yang dapat mengakibatkan terjadinya bahaya terutama
bahaya yang disebabkan oleh factor alam (sungai). Sehingga dengan demikian kita
dapat berusaha untuk menghindari bahaya yang mungkin dapat mengancam
keselamatan kita.
Gambar undercut
VI.
KLASIFIKASI TINGKAT KESULITAN SUNGAI
SKALA TINGKAT KESULITAN SUNGAI Dengan
berbekal pengetahuan tentang sifat dan dinamika sungai di atas maka dengan
segera kita dapat mengatisipasi pada saat tertentu, saat kita berada dalam
kesulitan. Kondisi yang menyatakan bahwa sungai berjeram itu sulit atau tidak, ditunjukkan melalui skala tingkat
kesulitan sungai. Saat ini ada 2 skala yang dikenal dalam olahraga arung jeram,
yaitu :
- INTERNATIONAL SCALE Angka
ukurannya adalah I s.d. VI: I = mudah dan VI = amat sulit dan tidak mungkin
dilalui. Angka skala kesulitan ini berlaku dan digunakan di sungai – sungai
Amerika Utara dan juga daratan Eropa.
- WESTERN SCALE Angka
skala ini diperkenalkan oleh penguasa Grand Canyon di Amerika yaitu Doc
Marston. Ukurannya berkisar 1 s.d 10. Angka skala ini umumnya hanya digunakan
di sungai bagian Barat Amerika, salah satunya Colorado
Tak disangsikan lagi, arung jeram telah
menjadi suatu kegiatan yang sangat populer dibandingkan dengan kegiatan
kepetualangan lainnya. Arung jeram dapat dinikmati beramai-ramai tanpa
memandang usia, status sosial, tingkat pendidikan, dan profesi seseorang.
Saat ini telah banyak sungai yang dapat
diarungi serta dikelola secara profesional oleh beberapa operator arung jeram.
Mereka menawarkan berbagai paket kegiatan dengan tingkatan umur dan kemampuan
calon kunsumennya. Mulai dari sungai dengan tingkat kesulitan mudah, sampai
sungai yang menjanjikan tantangan dan petualangan.
Berikut ini penjelasan tentang ragam
tingkat kesulitan sungai:
Class
I
Tingkat kesulitan sungai yang paling
rendah, dengan arus yang bervariasi dari flat (datar) dan relatif tenang,
sampai sedikit beriak pada beberapa tempat. Rintangan yang ada pun sangat
sedikit dan dapat terlihat jelas. Resiko berenang di sungai ini sangat rendah
dan self-rescue sangat mudah dilakukan.
Class
II
Sungai dengan tingkat kesulitan
rendah–menengah. Cocok untuk pemula: sungai yang lebar dan arus yang cukup
deras, lintasan pengarungan jelas sehingga tidak memerlukan pengamatan terlebih
dahulu.
Sesekali, manuver perahu perlu
dilakukan; bebatuan dan jeram medium dapat dengan mudah dilewati oleh pengarung
yang terlatih. Penumpang yang terlempar keluar perahu dan terhanyut jarang
sekali mengalami cidera. Pertolongan bantuan masih belum perlu. Sungai dengan
tingkat kesulitan ini sangat cocok untuk latihan dasar kegiatan arung jeram.
Class
III
Sungai dengan tingkat kesulitan
menengah; jeram mulai tidak beraturan dan cukup sulit, serta dapat
menenggelamkan perahu. Manuver-manuver pada arus deras serta kontrol perahu
pada lintasan sempit sering diperlukan. Jeram-jeram besar dan strainers mungkin
ada, namun dapat dengan mudah dihindari. Pusaran arus yang kuat dan deras
sering ditemukan, terutama pada sungai-sungai besar.
Cidera saat terlempar keluar perahu dan
terhanyut masih sangat jarang; self-rescue biasanya masih mudah dilakukan namun
pertolongan bantuan sudah mulai diperlukan untuk menghindari resiko yang
mungkin terjadi. Sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat cocok untuk
kegiatan wisata keluarga atau sebagai rekreasi alternatif, karena dapat diikuti
anak-anak mulai usia 9 tahun.
Class
IV
Sungai dengan tingkat kesulitan
menengah–tinggi. Sungai ini memiliki arus yang sangat deras namun masih dapat
diprediksi dengan pengendalian perahu yang tepat. Teknik pengarungan sungai ini
sangat tergantung karakter sungai itu sendiri. Pasalnya, sungai dengan tingkat
kesulitan ini sangat beragam dan berbeda-beda walau memiliki tingkat kesulitan
yang sama.
Jeram-jeram besar, hole, dan lintasan
sempit yang tidak dapat dihindari memerlukan manuver yang cepat. Berhenti
sejenak pada arus sedikit tenang mungkin diperlukan sebelum memulai maneuver;
sekedar mengamati arus atau untuk istirahat. Karena pada jeram-jeram tertentu,
bahaya selalu mengancam.
Resiko cidera bagi penumpang hanyut
cukup besar dan kondisi air menyebabkan self-rescue sulit dilakukan sehingga
perlu pertolongan bantuan. Pertolongan bantuan tersebut memerlukan latihan
khusus agar teknik penyelamatan dapat dilakukan dengan benar. Sungai dengan
tingkat kesulitan ini sangat menyenangkan dan menjanjikan tantangan lebih.
Tentunya dengan dukungan peralatan memadai, pengetahuan cukup, dan pemandu
terampil.
Class
V
Sungai dengan tingkat kesulitan tinggi.
Hanya cocok untuk pengarung jeram yang sudah menguasai teknik pengarungan dan
memiliki pengalaman yang cukup pada sungai Sungai pada class ini memiliki jeram
yang banyak dan panjang dengan berbagai rintangan yang dapat menyebabkan resiko
tambahan bagi seorang pendayung.
Drops atau penurunan yang tiba-tiba,
jeram-jeram sulit, hole, tebing terjal yang tak terhindari, sampai waterfall
(air terjun) sering dijumpai pada sungai ini. Jeram yang dilewati seringkali
beruntun pada jarak cukup panjang, sehingga membutuhkan ketahanan fisik yang
tinggi.
Kalaupun ada pusaran air tenang
(eddies), jumlahnya sangat sedikit sekali dan cukup sulit untuk diraih. Pada
skala tertinggi, sungai dengan tingkat kesulitan ini memiliki kombinasi jeram
yang sangat beragam, mulai dari curler, hair, hay stakes, headwall, strainer,
under cut, wave train, sampai pin hole yang sangat berbahaya dan mematikan.
Terlempar keluar dari perahu pada sungai
ini sangat berbahaya dan tindakan penyelamatan sering sulit dilakukan bahkan
untuk seseorang yang mahir sekalipun. Peralatan yang tepat, pengalaman yang
luas, dan latihan keterampilan dalam penyelamatan sangat penting.
Class
VI
Sungai dengan tingkat kesulitan
tertinggi. Pengarungan di sungai ini hampir tidak mungkin dilakukan karena
jeram yang ada tidak dapat diprediksi dan sangat berbahaya. Konsekuensi suatu
kesalahan dalam pengarungan di sungai ini sangat berat; tindakan
penyelamatannya hampir tidak mungkin dilakukan.
Sungai dengan tingkat kesulitan ini
hanya untuk tim khusus yang memiliki keahlian tinggi–bukan untuk diarungi
perorangan–setelah seringkali mengarungi sungai tingkat kesulitan class V.
Ragam klasifikasi tingkat kesulitan
sungai di atas merupakan tingkat kesulitan sungai yang ditetapkan secara
internasional. Namun, klasifikasi ini masih sangat variatif dan dapat
berubah-ubah walau masih pada sungai yang sama. Hal itu karena tingkat
kesulitan ini sangat tergantung pada debit air dan kemiringan sungai. Sehingga
pada waktu-waktu tertentu, sungai-sungai tersebut memiliki tingkat kesulitan
yang mungkin bertambah atau mungkin berkurang.
Karena itu, oleh kalangan penggiat arung
jeram, di belakang ”class sungai” sering ditambahkan tanda “+” (plus).
Misalnya, sungai Citarik yang memiliki tingkat kesulitan III+. Artinya, pada
jeram-jeram tertentu sungai citarik memiliki tingkat kesulitan yang setara
dengan sungai Class IV.
VII.
TEKNIK DASAR PENGARUNGAN (DAYUNGAN)
1.
Dayung maju (Forward Stroke)
Berfungsi untuk menggerakkan perahu ke
depan. Caranya: dimulai dengan mendorong bilah dayung ke muka dengan tangan
sebelah luar, kemudian masukkan dayung ke dalam air, dilanjutkan dengan mempertahankan
bilah dayung pada sudut benar hingga mendekat ke perahu dan berhenti setelah
sejajar dengan tubuh, keluarkan bilah dayung kemudian putar sejajar dengan
permukaaan air, ulangi kembali ke posisi semula.
2.
Dayung mundur (Backward Stroke)
Kegunaannya untuk menurunkan kecepatan
perahu atau menggerakkan perahu ke belakang. Caranya : merupakan kebalikan dari
dayung maju. Celupkan bilah dayung ke dalam air hingga jauh ke belakang tubuh
kemudian dorong ke depan sambil menarik pegangan dan gerakan ini berakhir
ketika dayung berada pada posisi awal dayung maju.
3.
Dayung tarik (Draw Stroke)
Dayung tarik sering dipakai oleh pemandu
arung jeram untuk menhindari tabrakan antara bagian belakang perahu dengan batu
atau rintangan dengan menggeser perahu mendekati posisi diinginkan. Caranya
menancapkan dayung jauh ke samping dan menariknya ke arah perahu.
4.
Dayung Tolak (Pry Stroke)
Gunanya untuk membantu melengkapi dayung
tarik untuk mengendalikan perahu ke posisi diinginkan. Caranya : kebalikan dari
dayung tarik, yaitu memasukkan dayung ke dalam air dari dekat perahu dan
menolaknya jauh ke samping perahu.
5.
Dayung Pancung (Cross-Brow Draw)
Dayungan biasa digunakan oleh para
pendayung depan apabila ingin menggeser perahu ke samping. Caranya : pendayung
depan melakukan dayung tarik dari sisi depan perahu memotong moncong perahu.
6.
“C” Stroke
Gunanya untuk membelokkan perahu dengan
cepat.
Caranya: dayung digerakkan membentuk
huruf “C” baik dari depan ke belakang maupun dari belakang ke depan dan diikuti
dengan gerakan badan. Dayungan ini sangat penting untuk dikuasai oleh pemandu
arung jeram karena dayungan ini sangat efektif untuk membelokkan perahu.
7.
“J” stroke
Gunannya untuk mempertahankan kemiringan
perahu. Atau sering dipakai untuk mengemudikan perahu di air yang tidak terlalu
deras tanpa bantuan peserta lain.
Carannya: dayung di gerakan seperti
huruf “J” dari depan kebelakang.
Dayungan ini sangat penting untuk dikuasai oleh seorang rafter karena “J”
stroke memiliki efek yang cukup besar untuk mengemudikan perahu. Dayungan ini
digunakan setelah melintasi jeram (di air yang agak tenang) atau bila peserta
kelelahan dan tidak kuat lagi mendayung.
8.
scaling
Gunannya mempertahankan kemiringan dan
arah perahu bila memasuki jeram, karena perahu bisa berubah arah dan
kemiringannya apabila perahu tersebut melintasi hole, ombak atau eddy, juga
sangat efektif untuk mengemudikan perahu tanpa bantuan peserta lain.
Caranya: dengan mengkombinasikan
beberapa tehnik dayungan atau semua dayungan tersebut diatas . setiap pemandu
arung jeram harus mampu mengkombinasikan dayungan dayungan tersebut karena
dayungan ini sangat diperlukan sekali dalam jeram, dan diperlukan reflek yang
bagus dalam menggunakannya.
VIII. TEHNIK DUDUK DIATAS PERAHU
A. POSISI DUDUK
Namun
begitu cara duduk yang dikenal selama ini ada dua :
1.
COWBOY STLYE
Dengan duduk seperti menunggang kuda
(Cowboy style),
dimana
kedua kaki menjepit lingkaran tabung udara perahu.
2. NANTAHALA STLYE
Seperti
orang perempuan duduk membonceng sepeda motor (nantahala style),
dimana kedua kaki masuk ke bagian dalam
perahu.
IX.
ABA-ABA DAN
KOMUNIKASI DIATAS PERAHU
1. Aba – aba di atas perahu
Dalam berarung
jeram langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan pengarungan adalah
menunjuk seorang trip leader atau kapten. Kapten inilah yang nantinya
memberikan aba-aba kepada awak lainnya. Aba-aba yang diinstruksikan antara lain
:
a) Aba–aba maju digunakan untuk mempercepat laju
perahu kedepan dengan cara semua awak perahu mendayung bersamaan sedangkan
skipper tetap mempertahankan sudut arah perahu ketempat yang akan dituju.
b) Aba–aba
kuat digunakan
untuk menambah kecepatan maksimal perahu kedepan dengan cara mendayung dengan
seluruh tenaga dan bilah dayung dibuang jauh kedepan lalu ditarik kebelakang
dengan interval waktu yang cepat dan biasanya dikenal dengan dayung pancung
c) Aba–aba
kiri mundur digunakan untuk membelokan sudut arah perahu kearah
kiri, dengan cara awak perahu yang duduk disebelah kanan mendayung maju
sedangkan awak perahu disebelahkiri mendayung mundur.
d) Aba–aba
kanan mundur digunakan untuk membelokan sudut arah perahu ke arah kanan
dengan cara awak perahu bagian kiri mendayung maju dan awak perahu bagian kanan
mendayung mundur.
e) Aba–aba
stop digunakan
bukan berarti unutk menghentikan laju perahu melainkan memberhentikan gerakan
mendayung dari awak perahu. Fungsinya untuk mempermudah pemandu atau skipper
unutk melakukan manuver terutama di arus deras atau bermanfaat mengistirahatkan
awak perahu apabila sudah terlihat kelelahan.
f) Aba-aba
pindah kiri atau pindah kanan digunakan oleh para pemandu untuk
menghindarkan dari perahu terbalik (flip) atau menempel di batu (wrap). Caranya
bila kapten menginstruksikan untuk pindah kiri maka awak perahu yang disebelah
kanan harus pindah ke sebelah kiri perahu begitu juga sebaliknya. Instruksi ini
harus dilakukan dengan gerakan yang cepat karena kalau terlambat akan
menyebabkan perahu terbalik.
> Padlle Manuver
Dasar utama melakukan paddle manuver
yaitu dengan ferrying. Caranya arahkan sudut perahu kesebelah kiri atau
kesebelah kanan dengan membentuk sudut 45 derajat arah arus lalu diikuti oleh
awak perahu dengan mendayung kedepan secara bersamaan atau disebut juga
ferrying 45 yang fungsinya menghindari stopper atau batu dijeram.
Ada dua jenis padlle manuver, yaitu
:
a) Up Stream Ferrying artinya gerakan
laju perahu kehulu sungai.
b) Down Stream Ferrying artinya
gerakan perahu menuju hilir sungai. Pada intinya sama dengan Up Stream namun
bedanya ini menuju ke hilir.
2.
komunikasi diatas perahu
komunikasi di atas perahu merupakan
hal yan paling penting dalam melaksanakan kegiatan pengarungan sungai, baik
untuk mencegah kejadian yang tidak diingiinkan ataupun mengatasi suatu kejadian
yang telah terjadi.
Ada beberapa hal yang dapat dipakai
untuk komunikasi, seperti:
-
Suara yang besar dan lantang
-
Pluit / whistle/ siulan
-
Signal (hand signal atau dengan peralatan lain)
Untuk dapat menggunakan signal
signal tersebut di atas, harus ada hukum atau patokan yang sama bagi setiap
anggota team. Hukum atau patokan signal tersebut harus lah mdah dilakukan dan
mudah dilakukandan mudah di mengerti.
Sesuai dengan pedoman buku buku
rescue atau penyelamatan dan perkembangan ilmu rescue, signal signal itu
berbeda beda . yang penting , signal dapat dimengerti oleh semua anggota team.
Jadi ada kemungkinan signal tidak di
mengerti team lain. Contoh pluit signal (whistle):
-
Bunyi pluit satu kali berarti perhatian
-
Bunyi pluit dua kali berarti go (mulai atau
melanjutkan perjalanan)
-
Bunyi pluit tiga kali berarti need help atau butuh
pertolongan. Semua pemandu yang mendengar signal ini harus berhenti dan menambatkan
perahu , kemudian mendatangi tempat pluit berbunyi dengan membawa peralatan
penyelamatan.
dalam menggunakan sehari hari hand
signal tidak berfungsi kalau tidak diawali dengan signal pluit atau suara keras
, karena tidak mungkin memberikan hand signal kepada orang yang tidak melihat.
Contoh beberapa bentuk hand signal:
signal:
- ferry
angles
Ferry angles berasal dari dua kata,
yaitu ferry artinya perahu dan angle artinya sudut atau kemuringan. Jadi
ferry angles adalah sudut atau kemiringan perahu yang dibentuk oleh perahu
terhadap pinggir sungai. Ferry angles ini bergna untukmengimbangi arus air
dengan gerak perahu dalam mencapai tempat yang di tuju. Jenis jenis ferry angles
berdasarkan sudut yang di bentuk:
Ø Ferry angles
180◦
Yang
dimaksud dengan ferry angles 180 derajat, atau garis yang dibentuk terhadap
pinggir sungai sebesar 180 derajat, atau garis yang dibentuk oleh gerakan
perahu sejajar dengan pinggir sungai.
Sudut atau
kemiringan besar sekali artinya bagi pemandu arung jeram , terutama pada saat
mengarungi jeram yang terdapat hole, ombak dan lain sebagainya . ferry angles
ini juga digunakan pada saat menabrak halangan atau pada saat berada di air
yang tenang dan juga bertahan di eddy.
Ø Ferry angles
90◦
Yang
dimaksud dengan ferry angeles 90 adalah kemiringan atau sudut perahu yang di
bentuk terhadap pinggir sungai sebesar
90 derajat. angles ini biasanya di pakai di air yang berarus lemah atau air
yang tenang.
Ø Ferry angles
45 ◦
Yang dimaksud ferry angels 45 adalah
kemiringan atau sudut perahu yang di bentuk terhadap pinggir sungai sebesar 45
derajat. Angles ini adalah angles yang paling penting dan paling sulit di
bentuk. Dan angles ini memiliki fungsi paling banyak, yaitu :
- untuk
menyebrang sungai yang berarus deras
- untu
menghindari tabrakan dengan dinding belokan
- untuk
menghindari batu batu di jeram atau (zig-zag)
-untuk
mencari eddy
Jenis jenis ferry angles berdasarkan
arah yang dituju perahu adalah:
Ø Up-stream
ferry angles
Gerakan
perahu menuju ke hulu sungai. Ferry angles ini dibagi menjadi dua,
Yaitu:
- up stream
right
Gerakan
perahu hulu sebelah kanan dari sungai.
- up stream
left
Gerakan
perahu menuju hulu sebelah kiri sungai.
Ø Down stream
ferry angles
Gerakan
perahu menuju ke hilir sungai. Ferry
agnles ini juga di bagi dua, yaitu :
- down
stream right
Gerakan
perahu menuju ke hilir sebelah kanan dari sungai.
- down
steram left
Gerakan
perahu menuju hilir kiri dari sungai.
Membentuk dan mempertahankan ferry
angles jalannya perahu sangat ditentukan sekali oleh bisa tidaknya atau bagus tidaknya dalam membentuk ferry
angles. Membentuk ferry angles sangatlah mudah , yaitu dengan cara membelokan
perahu kekiri dan kekanan dengan dayung maju, mundur, draw dan lain sebagainya.
Seseorang pemandu harus mampu melakukan hal ini, mempertahankan ferry angles
sangat penting dalam mengendalikan perahu.
Jadi cara untuk melakukan hal
tersebut di atas adalah dengan cara menggabungkan atau mengkobmbinasikan
beberapa dayunga atau yang di sebut dengan dayungan scaling.- Mementum dan
Timing
> Momentum
Momentum adalah gerak lanjutan yang
terjadi setelah gerak pendorong dihentikan. Penyebab terjadinya momentum adalah karena gerak
aliran air sungai, seperti contoh, apabila perahu didayung maju maka perahu akan
bergerak kedepan, hanya saja gerakan tersebut lebih lemah.
Bagi seorang pemandu arung jeram
sangat penting artinya untuk mempelajari momentum tersebut . karena kalau
pemandu arung jeram tidak menguasainya maka pemandu tersebut tidak akan bisa
memperkirakan jarak perahu dengan rintangan dan tidak aka n biasa memberi aba aba yang tepat. Cara menghentikan
momentum adalah dengan gerakan yang
berlawanan.
> Timing
Timing adalah perkiraan watu yang
tepat kapan kita melakukan manuver/reaksi terhadap arah perahu.
TEKNIK PEMBACAAN
JERAM
Dalam suatu pengarungan di sungai
yang belum pernah kita arungi, pembacaan jeram sangat diperlukan untuk
merencanakan pengarungan. Pembacaan jeram ini bisa dilakukan dengan dua cara,
yaitu.
Scouting dan read end run
Adalah pengamatan awal sebelum
mengarungi riam. Scouting dilakukan dengan dua cara yaitu scouting darat dan
read and run diatas perahu.
a) Scouting darat
Scouting ini didarat dimana perahu
kita hentikan terlebih dahulu dan berjalan kaki menyusuri sungai Sambil
mengamati jeram-jeram yang akan dilalui. Scouting ini dilakukan bila riam yang
ada didepan kita tidak terlihat sama sekali karena terhalang oleh batu, belokan
atau permukaan sungai yang tiba-tiba hilang.
b) read and run
read and run ini dilakukan diatas
perahu tanpa menghentikan laju perahu terlebih dahulu. Read and run ini
digunakan bila seorang kapten ragu untuk mengambil suatu keputusan dalam memasuki
suatu jeram. Kemudian akan timbul
pemikiran seperti ini:
kemana saya harus pergi
mana jalan yang harus saya lalui
dimana saya akan pusatkan pikiran
LINING
Jika setelah
pengintaian jeram disimpulkan tidak ada lintasan yang aman untuk dilalui, dan
karenanya diputuskan membawa perahu lewat tepian sungai yang aman. Cara yang
paling mudah adalah dengan “menuntun” perahu anda dengan menggunakan tali.
Tehnik ini disebut Lining.
PORTAGING
Jika lining juga tidak dapat dilakukan lagi untuk
menghindari halangan yang ada di depan, dan harus mengangkat perahu menyusuri
tepian sungai (darat). Teknik ini disebutPortaging.
X. SELF-RESCUE
Dalam kegiatan arung jeram, keselamatan
setiap peserta adalah hal yang utama. Banyak faktor yang harus diperhatikan
dalam melakukan kegiatan arung jeram ini. Namun peserta harus selalu menyadari,
kegiatan arung jeram tidak akan pernah lepas dari segala resiko dan bahaya;
baik oleh faktor manusia, peralatan, maupun faktor alam yang menyertainya.
Meski begitu, anda tidak perlu cemas,
karena justru di sinilah letak salah satu kegembiraan yang akan anda rasakan
saat bermain-main dengan air.
Self rescue atau tindakan penyelamatan
diri saat melakukan kegiatan arung jeram ini perlu anda cermati betul. Walaupun
anda dipandu skipper yang berpengalaman, ia tetap memiliki keterbatasan.
Sehingga hal terbaik yang harus anda lakukan adalah melakukan tindakan penyelamatan
diri sebelum datang tim rescue yang akan membantu anda.
Prinsip setiap tindakan penyelamatan
dalam kegiatan arung jeram, adalah menyelamatkan diri sendiri sebelum melakukan
tindakan penyelamatan terhadap orang lain. Si penyelamat harus benar-benar
berada dalam kondisi yang aman dalam melakukan tindakan penyelamatan. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari resiko lainnya dan kemungkinan bertambahnya
korban.
Berikut dijelaskan hal apa saja yang
harus anda lakukan dalam self rescue:
1. Swimmer
1. Swimmer
Swimmer adalah istilah yang digunakan
oleh kalangan boater untuk menyebut orang yang terlempar keluar dari perahu
saat berarung jeram. Jika anda belum pernah mengalaminya, percayalah suatu saat
anda akan mengalaminya. Bagi anda yang baru kali pertama melakukan kegiatan
arung jeram, tidak perlu khawatir.
Banyak peserta yang kali pertama
mengikuti kegiatan arung jeram mengalami hal ini dan tidak terjadi apa-apa
dengan mereka. Bahkan menjadi cerita menarik bagi rekan-rekannya dan
menimbulkan kesan tersendiri bagi yang mengalami. Namun tak sedikit pula
peserta yang tidak mengalaminya dalam setiap kegiatan yang diikuti.
Hal pertama yang harus anda lakukan jika
mengalami swimmer: Jangan panik!
Mengapa jangan panik? Karena jika
terjadi kepanikan, anda tidak akan tahu apa yang harus anda lakukan untuk
tindakan self rescue. Setelah anda dapat mengatasi rasa panik, selanjutnya anda
harus menyadari dan mengetahui situasi di sekeliling anda.
2.
Teknik berenang di arus
a. Defensive swimming position (RENANG
JERAM)
Defensive swimming position adalah
berenang mengikui arus dalam posisi terlentang, kaki dalam keadaan rapat dan
selalu berada di atas air untuk menghindari foot entrapment. Defensive swimming
dilakukan pada arus deras dengan pandangan terarah ke hilir. Gunakan tangan
sebagai pengatur keseimbangan atau untuk menuju pinggiran sungai dan
menghindari berbagai rintangan lainnya.
Ingat … walaupun tidak terjadi sesuatu
selama anda melakukan defensive swimming dan anda mulai menikmatinya, anda
tidak dalam posisi yang benar-benar aman. Berusahalah untuk menggapai tepian
sungai dan segera keluar dari air. Jangan mencoba berdiri, meskipun pada daerah
dangkal sekalipun, sebelum anda mencapai tepian sungai atau berada pada arus
yang cukup tenang.
b. Aggressive swimming position
pada waktu berenang usahakan untuk
berenang ke pinggir sungai atau ke eddy terdekat danhindari hole atau
rintangan, seperti pohon tumbang dan lain sebagainya
Aggressive swimming position adalah
berenang dengan cara melawan arus. Dilakukan pada arus yang relatif tenang
dengan posisi menghadap ke hulu. Tujuannya, untuk mendekati perahu penolong,
menghindari strainer, sieves, undercut, dan untuk menyeberang ke sisi tepian
sungai yang lain dengan cepat. Ingat, aggressive swimming ini hanya efektif
dilakukan pada arus sungai yang relatif tenang. Jika anda lakukan ini pada arus
deras, tenaga anda akan terbuang percuma; anda akan tetap terseret arus deras.
c. Cara berenang di ombak
pada waktu berenang usahakan tahan
nafas, dan pada saat ada waktu untuk mengambil nafas kembali, buang lah nafas
dan hirup nafas kembali dengan cepat.
d. cara berenang di hole
berenang biasa mencari permukaan air
jauh dan setelah itu bila terasa di air jauh badan di bulatkan , lutut dan dagu
bersatu dan tangan memegang lutut , setelah merasa berada di arus deras di
bawah sirkula si , berenanglah
kembali menuju permukaan.
3.
cara naik perahu
Pegang ring atau tali yang ada di sisi
perahu dan hentakan badan ke atas perahu. Atau dengan cara memasukan bagian
badan dan kepala kedalam air terlebih dahulu, kemudian hentakan badan ke atas
perahu. Cara ini adalah cara yang paling terbaik karena gerak hentakan akan
lebih kuat dan panjang.
Berikut ini beberapa pertanyaan yang
dapat membantu anda mendefinisikan situasi di sekeliling anda saat anda
mengalami swimmer dan menentukan tindakan apa yang harus anda lakukan:
*Apakah
di belakang anda terdapat perahu? (Baik perahu yang melemparkan anda ataupun
perahu lain)
Jika ya, berusahalah mendekatinya dari
arah samping pada arus yang relatif tenang dengan aggressive swimming position.
Jangan lakukan ini dari arah depan karena anda dapat terseret perahu. Jika
telah dekat, gapai dan peganglah boat line pada perahu. Tunggu sampai rekan
anda menarik dan menaikkan anda ke atas perahu kembali dengan cara menarik bahu
pelampung yang anda kenakan.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming
ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.
*Apakah
di dekat anda terdapat tim rescue yang akan melemparkan throw bag/rescue rope?
Jika ya, raih throw bag/rescue rope yang
dilemparkan. Pegang erat pada bagian tali, jangan pada bagian kantong tali.
Pegang dengan tetap melakukan teknik defensive swimming sambil tim rescue
menarik anda ke tepian sungai.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming
ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.
*Apakah
di dekat anda terdapat rintangan atau obstacle (bebatuan, dahan/ranting, atau
pohon tumbang)?
Jika ya, hindari daerah tersebut baik
dengan aggressive swimming ataupun defensive swimming.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.
*Apakah
di dekat anda terdapat undercut, strainer, dan sieves?
Jika ya, hindari daerah tersebut secepat
mungkin dengan aggressive swimming.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.
*Apakah
anda berada di bawah perahu terbalik?
Jika ya, segeralah keluar dari bawah
perahu dengan cara menyelam ke arah hulu atau ke samping. Jangan menyelam ke
arah hilir karena anda akan tetap terperangkap di bawah perahu.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.
*Apakah
anda berada di dalam hole/hydraulic (arus berputar-putar)?
Jika ya, lakukan aggressive swimming
dengan mengikuti putaran arus ke arah luar yang menuju hilir. Atau dapat juga
dilakukan dengan menyelam pada bagian tengah pusaran dengan posisi berdiri
sampai kaki menyentuh dasar sungai; lalu tolakkan kaki anda sekuat mungkin ke
arah hilir. Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming
menuju tepian sungai.
Perahu Terjebak ( Wrap )
Perahu wrap di batu atau di dinding
sungai yaitu keadaan dimana perahu terbentur batu / dinding, sedangkan arus
kuat mendorong dari arah berlawanan. Jika sisi bagian hulu tertekan air dan
tenggelam maka perahu akan melekat di batu / dinding. Cara melepaskan diri
yaitu dengan teknik ‘Filp Line’ ( jika Wrap ringan ) yaitu dengan
mendorong atau menarik perahu ke arah bagian batu yang tidak menyebabkan wrap,
cara lain yaitu dengan teknik ‘Z-Drag’ ( bila wrap berat ) yaitu dengan
mengempiskan salah satu katup tabung perahu.
Keadaan wrap ini dapat dihindari
jika pada saat perahu akan membentur batu atau dinding anggota tim pindah
posisi ke sisi yang berada pada sisi perahu yang akan menabrak batu / dinding.
Akibatnya sisi bagian hulu ( sisi perahu yang dikosongkan ) akan terangkat
sehingga arus kuat melewati bagian bawah perahu.
Perahu Terbalik
Keadaan ini bisa disebabkan ketika
melewati dam, hole ataupun saat masuk eddies yang kuat dan
besar.
Teknik dalam membalikkan perahu :
- Bagi tugas anggota tim yang naik ke perahu yang
terbalik dengan yang tetap berada di air sambil memegang erat perahu (
pada D-ring atau pada Toat perahu )
- Anggota tim yang diatas perahu memasangkan carabiner
ke D-rig lalu mengikatnya dengan tali / webbing( sisi yang
akan dibalik ).
- Lakukan pembalikkan perahu dengan menarik tali
atau dengan bantuan T-grip dayung ( terlebih dahulu dikaitkan dengan tali
). Posisi pembalik perahu berada di bagian sisi yang menjadi tumpuan atau
lawan dari sisi yang akan ditarik. Anggota tim dibawah bersiap – siap (
memegang erat toat perahu ). Perahu dibalik dengan cara tali ditarik ke
arah belakang yang didahului dengan hentakan keras hingga perahu oleng terbalik
kembali.
- Setelah perahu terbalik seperti semula, posisi
anggota tim yang tadinya diatas perahu terbalik kini berada dibawah dan
sebaliknya dengan anggota tim yang dibawah kini berada diatas perahu.
- Anggota tim yang kini diatas membantu menaikkan
anggota tim yang berada dibawah.
- Selama dalam pembalikkan perahu diusahakan
agar barang – barang tidak boleh hilang contohnya dayung.
Penggunaan peralatan penyelamat dan
tali – temali ( rescue rope )
Dalam self rescue juga digunakan
alat bantuan dalam penyelamatan misalnya menggunakan rescue rope atau tali
lempar ketika ada peserta yang hanyut, tertahan di hole, terperangkap di jeram,
di atas batu, di eddies, ketika ada perahu yang wrap atau terjepit diantara
batu.
XI. TEKNIK PENGARUNGAN (river running
system)
Naluri Pada keadaan darurat orang
mempunyai reaksi berbeda. Jika dikelompokkan ada dua kelompok, sebagai
berikut:
1. Orang-orang yang terlatih dan
berpengalaman.
2. Orang yang masih awam, hanya bisa
berdiri dengan mulut terbuka, mata melotot, berteriak memberi instruksi dengan
tidak jelas. Keahlian ini muncul dari latihan dan pengalaman yang
terus-menerus dikembangkan. Mempelajari bahaya-bahaya di sungai, kerjasama tim,
jam terbang, dll. Sebagian besar kecelakaan di sungai di sebabkan oleh persiapan
yang kurang matang, perlengkapan tidak memadai, tidak mengerti karakteristik jeram.
Pengarahan Sebelum Pengarungan
Sebelum pengarungan yang terpenting
adalah anggota tim mengerti apa yang harus dilakukannya. Untuk itu sebelum
pengarungan, diperlukan pengarahan yang bersifat untuk memperjelas hal yang
penting selama pengarungan, seperti : pembagian tanggung jawab P3K, alat
rescue, makanan, tim darat, perahu pertama, perahu terakhir, alat reparasi,
pompa, kapten tiap perahu, radio komunikasi, juru foto/video, menghindari
tempat berbahaya seperti air terjun, dam, jeram besar, dll.
Persiapan
Pengarungan
Sebelum melakukan pengarungan dapatkan
informasi sebanyak-banyaknya mengenai sungai yang akan diarungi. Informasi
tersebut dapat berupa :
1. Tempat awal atau start
pengarungan
2. Akhir pengarungan.
3. Adakah pilihan lain jika waktu tidak
memungkinkan
4. Berapa jarak dan waktu tempuh
pengarungan
5. Berapa cadangan waktu jika ada kejadian
yang tidak diinginkan
6. Berapa tingkat kesulitan sungai yang
akan diarungi
7. Sampai berapa tingkat kesulitan
sungai jika air sungai naik
8. Lokasi jeram-jeram besar dan tempat
berbahaya berada
9. Dimana jalur evakuasi
10. Peta topografi wilayah pengarungan
11. Dimana telepon, rumah sakit, kantor
polisi terdekat
Dalam suatu pengarungan sungai yang
belum pernah diarungi atau sungai dengan level III atau lebih yang sudah lama
tidak diarungi diharuskan dilakukan scouting. Kemudian direncanakan
pengarungannya dan buat keputusan. Keputusan yang dibuat tergantung pada kesulitan
jeram atau kemungkinan apa yang mungkin terjadi dan siapkan cara
penanggulangannya.
Dalam pengarungan sungai diatas level III biasanya ditetapkan suatu sistem pengarungan garis (River Running System) dimana di dalam suatu pengarungan menggunakan dua atau lebih perahu, maksudnya perahu yang satu dengan perahu yang lainnya saling menjaga. Cara ini juga merupakan persyaratan dalam suatu ekspedisi sungai. Dalam pengarungan ada dua perahu yang berperan penting, yaitu :
Dalam pengarungan sungai diatas level III biasanya ditetapkan suatu sistem pengarungan garis (River Running System) dimana di dalam suatu pengarungan menggunakan dua atau lebih perahu, maksudnya perahu yang satu dengan perahu yang lainnya saling menjaga. Cara ini juga merupakan persyaratan dalam suatu ekspedisi sungai. Dalam pengarungan ada dua perahu yang berperan penting, yaitu :
1.
Perahu Pertama (Lead Boat)
Perahu dikemudikan oleh pemandu atau
skipper yang cukup handal karena pemandu ini bertugas membuka jalur dan menjaga
perahu yang ada dibelakangnya
2.
Perahu Terakhir (Sweep Boat)
Perahu ini dikemudikan oleh skipper
terbaik (biasanya juga sebagai Trip Leader atau pemimpin pengarungan). Skipper
ini bertanggung jawab atas semua kejadiaan atau masalah yang terjadi dalam
pengarungan dan membawa semua peralatan penting dalam pengarungan seperti
pompa, P3K, repair kit, dan sebagainya.
Dalam sistem ini yang penting dilakukan
antar perahu adalah saling menunggu. Maksudnya adalah untuk memastikan bahwa
perahu yang dibelakang ada yang menjaga. Dalam mengarungi sungai yang belum
pernah diarungi atau suatu ekspedisi harus selalu berhenti sebelum jeram untuk
scouting dan merencanakan pengarungan dan berhenti pula sesudah jeram untuk
menjaga perahu yang lain yang akan mengarungi jeram tersebut.
3.
saling menunggu
Maksud dari saling menunggu adalah untuk
memastikan bahwa perahu yang di belakang ada yang menjaga. Dalam suatu
pengarungan sungai yang belum pernah di arungi atau suatu expedisi, harus
selalu berhenti sebelum jeram untuk scouting dan merencanakan dan berhenti pula
di sesudah jeram untuk menjaga perahu lain yang akan mengarungi jeram tersebut. Biasanya
pemandu yang menjaga ini akan menghentikan dan menambatkan perahunya di tepi
sungai, kemudian mengambil peralatan penyelamatan dan mencari tempat untuk
menjaga keamanan perahu yang akan mengarungi jeram. Begitupula dengan perahu
yang lain, bila telah melewati jeam, selalu melakukan hal seperti itu.
XII. CARA
PENGGUNAAN TALI LEMPAR (throw bag)
Tali lempar adalah suatu yang
terpenting dari peralatan peralatan penyelamatan tersebut diatas. Adapun tali
lempar dapat difungsikan dalam banyak
hal dalam banyak hal dalam melakukan kegiatan penyelamatan. Cara cara melempar
tali lempar ada tiga yaitu:
1. Melempar dari atas
Cara ini
biasanya dipakai untuk menyelamatkan korban yang cukup jauh, karna lemparan
seperti ini akan menghasilkan leparan lurus dan kuat (lemparan cukup jauh),
dengan cara mengambil ancang ancang beberapa langkah atau sambil sedikit
berlari dengan ayunan lemparan dari belakang atas ke depan.
2. Melempar dari samping
Cara
ini biasanya digunakan untuk menolong
perenang dari satu, seperti kalau perahu terbalik atau warp dan peserta
akan hanyut, pada saat ini teknik lemparan ini dipakai karena terjatuhnya tali
ini tidak akan lurus melainkan membentuk gelombang- gelombang.
3. Melempar dari bawah
Cara
ini biasanya digunakan untuk menolong korban yang tidak terlalu jauh, karna
lemparan ini akan akurat apabila dilemparkan tidak terlalu keras. Bila lemparan
dari bawah ini di lemparkan dengan keras, maka sering terjadi melambung ke atas
dan terjatuh tidak jauh dari si pelempar.
Persiapan melempar tali
Sisakan
tali satu atau satu setengah meter terlebih dahulu untuk mengulur apabila
korban yang ditarik terlalu berat atau berada di arus deras. Seandainya hal
tersebut terjadi dan sisa tali sudah hampir habis terulur, jangan tali tersebut
di lepas tetap ikuti perenang dengan cara berlari dipinggir sungai sampai
perenang berada di arus yang tidak terlalu deras (kuat) dan amankan perenang
kepinggir sungai.
STTA/OPA/X-13/085